Kamis, 19 Juli 2012

Mantra mohon persaksian



Mantram mohon persaksian saat potong gigi.

Oý Aditya Sya Param Jyoti
Rakta Teja Namo Stute
Sveta Paòkaja Madhyaste
Bhaskara Ya Namo Stute

Oý Pranamya Bhaskara Devam
Sarva Kleca Winasanam
Pranamya Ditya Úivàrtam
Bukti Mukti Warampradam
Oý Rang Ring Sah Parama Úiva
Ditya Ya Nama Nama Svaha

Artinya:
Om Hyang Widhi Wasa, semoga hamba mendapat perkenanMu, untuk melalui tahapan hidup ini dalam jalanMu dengan pertolongan hanya dariMu.Om dimulyakanlah Engkau ya Tuhan.

Sumber: http://www.babadbali.com/canangsari/banten/mepandes.html

Selasa, 10 Juli 2012

Teori Perubahan


Teori Perubahan
Adanya perubahan adalah pertanda kehidupan, yaitu merupakan kebenaran yang melandasi sejarah dan mempunyai tingkat perubahan yang berbeda-beda.

Interteks


Teori Intertekstualitas
    Dalam bidang sastra, intertekstualitas artinya telaah terhadap sejumlah teks yang diprediksi mempunyai hubungan tertentu dengan teks-teks lain, misalnya hubungan tema, penokohan, dan unsur-unsur intrinsik lainnya.

Teori Agama


Teori Agama (Religi)
Penelitian tentang persepsi umat Hindu di Bali terhadap  svarga, naraka, dan mokûa, perspektif kajian budaya, tidak dapat melepaskan diri dari teori agama atau religi yang dianut oleh sebagian masyarakat Bali

Teori

Landasan Teori
Teori sesungguhnya selalu hadir dalam proses penelitian. Kadang–kadang penelitian untuk mengetes teori; pada saat yang lain hipotesis penelitian berasal dari teori; hampir selalu analisis akan sangat mantap apabila temuan–temuan diintepretasi berdasarkan teori yang ada (Chadwick et.al, 1991:20).

Moksa


Konsep Mokûa
Mokûa berarti tiada keterikatan àtmà dan bersatu dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). 

Neraka


Konsep Naraka
Penggambaran naraka dalam kitab suci Veda disebutkan sebagai tempat jauh ke lembah yang sangat dalam, jurang tanpa dasar yang penuh kegelapan, tanpa seberkas cahaya, seperti digambarklan dalam Ågveda V.5.,

Swarga

Konsep Svarga
Di dalam Veda, svarga digambarkan sebagai tempat cahaya yang selalu terang bersinar, tidak pernah ada kegelapan, tempat berkumpulnya orang-orang suci, merupakan dunia kebaikan, dan

Pedoman Alih Aksara

Pedoman Alih Aksara Huruf Devanàgari Bahasa Sanskerta, Huruf Bali Bahasa Jawa Kuno Dan Bahasa Bali

          Untuk mencegah kerancuan dalam alih aksara huruf Devanàgari, bahasa Sanskerta, huruf Bali bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali digunakan standar alih aksara yang digunakan oleh Oxford University Press dan yang umum digunakan oleh berbagai penerbit di India, di antaranya dua penerbit besar di India, yakni Motilal Banarsidass dan Munshiram Manoharlal. Hal ini digunakan agar adanya kesatuan, baik dalam cara penulisan maupun cara pembacaan, yakni sebagai berikut.

Vokal        : a, à, i, ì, u, ù, å, í, e, ai, o, au

Konsonan :
ka, kha, ga, gha, òa (pangkal tenggorokan/velar)
ca, cha, ja, jha, ña    (langit-langit keras/palatal)
þa, þha, ða, ðha, óa   (langit-langit lunak/cerebral)
ta, ta, da, dha, na (gigi/dental)
pa, pha, ba, bha, ma          (bibir/labial)
ya, ra, la, va        (semivokal)
úa, ûa, sa             (desis)
ha                       (desah)
’                         (avagraha)
ý                       (anusvara/seperti sengau)
á                        (visarga)

Vokal dibaca/diucapkan seperti berikut.
a   - seperti a dalam bait
à   -    seperti a dalam gelar (a diucapkan dua kali lebih panjang)
i    -    seperti i dalam kata detik
ì    -    seperti i dalam kata pasir (i diucapkan dua kali lebih panjang) 
u   -    seperti u dalam kata aduk
ù   - seperti u dalam kata kasur ( u diucapkan dua kali lebih panjang)
å   - seperti r dalam kata ria
í    - seperti l dalam kata polri
e   - seperti e dalam kata jahe
ë   - seperti e dalam kata e dalam kata demam (muncul dalam bahasa Jawa Kuno, Tengahan, dan bahasa Bali)
ai  - seperti ai dalam kata ramai
o   - seperti o dalam kata kota
au - seperti au dalam kata engkau
ý  - seperti ng  dalam kata sungai
á   - bila tidak pada akhir baris seperti  h pada kata duh
     -    bila pada akhir baris seperti  menggemakan vokal sebelumnya, (diucapkan ahasvaá diucapkan svaha, seperti ihi, tanubhiá diucapkan tanubhihi danseterusnya

Konsonan dibaca/diucapkan sebagai berikut.
k   - seperti k dalam kata kertas
kh - seperti k diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
g   - seperti g dalam kata garuda
gh - seperti g diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
ò   - seperti ng dalam kata bangku (juga untuk menuliskan aksara Bali)
c   - seperti c dalam kata catur
ch - seperti c diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
j    - seperti j dalam kata raja
jh  - seperti j diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
ñ   - seperti ny dalam kata nyanyi
þ    - seperti þ dalam kata þuþuk (dalam bahasa Jawa)
þh  - seperti þ diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
ð   - seperti ð dalam kata ðahar (dalam bahasa Jawa)
ðh - seperti ð diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
ó   - seperti n dalam kata purnama
d   - seperti d dalam kata dari
dh - seperti d diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
n   - seperti n dalam kata nenas (ujung daun lidah menyentuh gigi depan atas)
p   -    seperti p dalam kata pita
ph -    seperti p diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
b   -    seperti b dalam kata baris
bh -    seperti b diikuti h yang dihembuskan di belakangnya
m  -    seperti m dalam kata makan
y   -    seperti y dalam kata yaitu
r    -    seperti r dalam kata rakit
l    -    seperti l dalam kata laut
v   -    seperti w dalam kata waduk
ú   -    seperti sy dalam kata syarat
s   -    seperti s dalam kata sabun
h   -    seperti h dalam kata hati

Catatan: kh, gh, dh, ph, bh, dan konsonan sejenis lainnya adalah konsonan tunggal, bukan konsonan ganda.



Selasa, 03 Juli 2012

Perjodohan Berdasarkan TRIPRAMANA


Perjodohan Berdasarkan TRIPRAMANA
Jumlah urip/nêptu saptawàra, pañcawàra dan Ûaðwàra dari hari lahir (wêton) Pria dan Wanita digabung, kemudian jumlahnya dibagi 16 (enam belas) lalu lihat sisanya sebagai berikut:

Perjodohan Berdasarkan SAPTAWARA DAN PAÑCAWARA I

Perjodohan Berdasarkan SAPTAWÀRA DAN PAÑCAWÀRA I

Jumlah urip Saptawàra dan Pañcawàra dari hari lahir (wêton) Pria dan Wanita digabung, lalu jumlahnya dibagi 5 (lima), kemudian lihat sisanya sebagai berikut:

Perjodohan Berdasarkan SAPTAWARA DAN PAÑCAWARA II

Perjodohan Berdasarkan SAPTAWÀRA DAN PAÑCAWÀRA II

Jumlah urip Saptawàra dan Pañcawàra dari hari lahir (wêton) Pria dan Wanita digabung, lalu jumlahnya dibagi 4 (empat), kemudian lihat sisanya sebagai berikut:

Perjodohan Berdasarkan SAPTAWARA

Perjodohan Berdasarkan SAPTAWÀRA

Baik-buruknya perjodohan dilihat dari penggabungan Saptawàra kelahiran Pria dan Wanita sebagai berikut:
  • Radite/Minggu dan Radite/Minggu : sering sakit.
  • Radite/Minggu dan Soma/Senin : banyak penyakit.
  • Radite/Minggu dan Anggara/Selasa : melarat.
  • Radite/Minggu dan Budha/Rabu : selamat.
  • Radite/Minggu dan Wraspati/Kamis : bertengkar.
  • Radite/Minggu dan Úukra/Jumat : selamat.
  • Radite/Minggu dan Úaniúcara/Sabtu : melarat.
 
  • Soma/Senin dan Soma/Senin : buruk.
  • Soma/Senin dan Anggara/Selasa : selamat.
  • Soma/Senin dan Budha/Rabu : anaknya perempuan.
  • Soma/Senin dan Wraspati/Kamis : dikasihi orang.
  • Soma/Senin dan Úukra/Jumat : selamat.
  • Soma/Senin dan Úaniúcara/Sabtu : berkah/anugrah.
 
  • Anggara/Selasa dan Anggara/Selasa : buruk.
  • Anggara/Selasa dan Budha/Rabu : kaya.
  • Anggara/Selasa dan Wraspati/Kamis : kaya.
  • Anggara/Selasa dan Úukra/Jumat : putus/cerai.
  • Anggara/Selasa dan Úaniúcara/Sabtu : sering bertengkar.
 
  • Budha/Rabu dan Budha/Rabu : buruk.
  • Budha/Rabu dan Wraspati/Kamis : selamat.
  • Budha/Rabu dan Úukra/Jumat : selamat.
  • Budha/Rabu dan Úaniúcara/Sabtu : baik.
 
  • Wraspati/Kamis dan Wraspati/Kamis : selamat.
  • Wraspati/Kamis dan Úukra/Jumat : selamat.
  • Wraspati/Kamis dan Úaniúcara/Sabtu : putus/cerai.
 
  • Úukra/Jumat dan Úukra/Jumat : melarat.
  • Úukra/Jumat dan Úaniúcara/Sabtu : celaka.
  • Úaniúcara/Sabtu dan Úaniúcara/Sabtu : buruk.