Kamis, 12 Januari 2012

YASA KIRTI



YASA KIRTI DALAM RANGKA KARYA MAMUNGKAH DAN NGENTEG LINGGIH
Dalam rangka menegakkan kesucian dan kehid-matan pelaksanaan suatu yajña, termasuk dalam Karya Mamungkah dan Ngenteg Linggih di Pura …....…… …...….. patut didukung dengan Yasa Kirti yang baik, berupa keikhlasan hati dan pengendalian diri sebagai landasan sikap mental dalam beryajña maupun dalam bentuk upacara dan upakara. Oleh karena itu melalui Buku Tuntunan Yasa Kirti ini diharapkan dukungan seluruh umat Hindu/penyungsung untuk bersama-sama ikut menjaga kesucian dan kelancaran pelaksanaan Karya Mamungkah dan Ngenteg Linggih.


a. Yasa Kirti dalam Bentuk Pengendalian Diri  
Setiap Yajña adalah merupakan persembahan suci yang patut didukung dengan pikiran yang suci, keikhlasan dan sikap mental yang baik, yang tercermin dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Tri Kaya Parisuddha).
Dalam hubungan ini Lontar Dewa Tattwa memberi-kan tuntunan dalam pelaksanaan suatu yajña, yang menekankan perlunya suatu pengendalian diri.
Diuraikan sebagai berikut :
“Kramanya sang kumingkin akarya bayu, sanistha madhyottama, manah lega dadi hayu, aywa ngalem drewya mwang kamugutan kaliliraning wwang atuwa, aywa angambek rodra mwang ujar gangsul, ujar menak juga kawedar denira. Mangkana krama-ning Sang ngarepang karya hayu, aywa simpanging budhi mwang rodra”.
Artinya :
Tata cara bagi mereka yang bersiap-siap akan melak-sanakan yajña dalam bentuk Nistha, Madhya atau Uttama. Hendaknya dilandasi dengan pikiran yang suci dan keikhlasan yang tulus, janganlah terlalu menyayangi artha yang dimiliki. Didalam kita melak-sanakan suatu yajña hendaknya kita menjaga perilaku kita, janganlah berbicara kasar, jangan suka marah. Hendaknya kata-kata yang baik dan menyenangkan hati yang patut diucapkan, hendaknya kesucian yajña yang diutamakan. Janganlah ada persengketaan karena yajña tidak patut dinodai dan dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang kotor, perilaku marah-marah, atau kata-kata yang mencaci maki. Pikiran yang astiti Bhakti yang dilandasi dengan kesucian hati itulah hendaknya selalu dijaga, sebagai dasar untuk menca-pai keberhasilan suatu yajña, sebagai sarana untuk mencapai kerahajengan bersama.
Sesuai dengan petuah-petuah tersebut diatas, kepada seluruh umat/penyungsung pura, diharapkan ikut bersama-sama untuk menjaga kesucian dan kelan-caran Karya Mamungkah dan Ngenteg Linggih yang kita laksanakan, dengan jalan :
1. Seluruh umat/penyungsung pura diharapkan selalu menjaga kesucian karya dengan selalu dapat menciptakan suasana yang tenang dan menjauhi hal-hal menyimpang dari kesusilaan yajña yang kita laksanakan.
2. Kepada seluruh umat/penyungsung pura yang ngayah berkenaan dengan persiapan karya, hen-daknya dapat mengendalikan diri, sabar, dan selalu dapat menumbuhkan sifat-sifat kebersamaan yang didasari dengan musyawarah dan mufakat demi kelancaran karya.

b. Yasa Kirti dalam Bentuk Upacara
Bagi umat Hindu dimanapun berada dihrapakan untuk ikut ngertiyang kesucian dan kelancaran karya. Dengan melaksanakan Yasa Kirti di tiap-tiap mrajan alit dan di mrajan ageng suang-suang penyungsung, dengan menghaturkan Banten Pejati, memohon kerahayuan karya yang kita laksanakan. Yasa Kirti dengan jalan ngaturang pejati di tiap-tiap keluarga seperti tersebut diatas, dilaksanakan pada hari-hari tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama, dan tidak terlepas dari rangkaian karya.
1. Ngaturan pejati di soang-soang kemulan dan mrajan gede, dilaksanakan pada saat upacara ngawit Yasa Kirti ring pura.
2. Ngaturan pejati disoang-soang kemulan dan mrajan gede pada saat upacara negtegan karya dan pada hari pelastian Ida Bhatara.
3. Ngaturan pejati disoang-soang kemulan dan mra-jan gede pada saat puncak upacara memungkah ngenteg linggih.
4. Kepada seluruh umat/penyungsung pura nunas tirtha tawur dan nasin tawur, untuk dipercikkan/kasiratan dimasing-masing pekarangan merajan dan pekarangan rumah.
5. Kepada seluruh umat/penyungsung pura, pada saat puncak karya, agar menyediakan tempat tirtha sekurang-kurangnya 4 buah, untuk nunas tirtha padudusan, tirtha Ida Bhatara, dan lain sebagainya. Nantinya agar disiratkan/dipercikkan pada masing-masing merajan alit atau merajan gede dimasing-masing rumah.
6. Sejak dimulainya upacara Mabumi Suddha dan Bebratan Yasa Kirti, sampai berakhirnya rang-kaian upacara (jantos penyineban Ida Bhatara), warga panyungsung Pura ………………., tidak diperbolehkan mengadakan upacara atiwa-tiwa/pengabenan maupun ngeseng sawa/makinsan digeni. Kalau ada salah satu warga yang mening-gal agar dikubur sebagai mana mestinya, bagi yang tidak boleh dikubur/mependem, dapat dilakukan paleletan. Dan selama rangkaian upa-cara di Pura ………………, tidak diperbolehkan nuhur tirtha Ida Bhatara, kecuali hanya untuk upacara Dewa Yajña.
7. Bagi para penyungsung Pura ……………… yang masih memiliki sawa yang masih dikubur, agar menghaturkan banten pejati di Pura Prajapati setempat memohon agar Ida Bhatara berkenan menganugrahi kerahajengan. Di tiap-tiap sawa yang dikubur, agar menghaturkan pangkonan putih kuning, tipat pesor dan nasi angkeb, memo-hon agar Sang Pitara tidak mengganggu jalannya upacara yang akan dilaksanakan. Upacaranya agar dilaksanakan pada saat sebelum dilaksanakannya upacara Negtegan ring Pura ……………………

Ida Panditha Mpu Jaya Wijayanandha
Griya Kutuh
Jln. Ciung Wanara No. 8 Kuta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar