Rabu, 20 Juni 2012

Saraswati

SARASWATI

Úaniúcara Umanis Watugunung: 
Memuja Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Hyang Saraswati yang menciptakan/menurunkan Ajaran Suci Weda yang merupakan Sanàtana Dharma (ajaran kebenaran yang kekal abadi).


Hari raya Saraswatì jatuh pada setiap hari Úaniúcara Umanis Wuku Watugunung. Hari raya Saraswatì ini merupakan hari piodalan Sang Hyang Aji Saraswatì atau turunnya Weda ke dunia. Dewi Saraswatì merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewi ilmu pengetahuan suci atau Weda. Di Bali Dewi Saraswatì ini juga disebut sebagai Dewi Pangewruh atau Dewi Pengetahuan (bhs. Bali: weruh atau wruh = tahu, sehingga pangwruh = pengetahuan, Dewi Pangwruh = Dewi Pengetahuan). Dengan adanya ilmu pengetahuan umat manusia dapat menjadi bijaksana sehingga memperoleh apa yang kita inginkan dengan cara arif dan bijaksana.
Karena itu dalam Agama Hindu sejak zaman dahulu kala telah mengajarkan agar para arif bijaksana seperti pelajar dan cendekiawan memuja dan selalu bersyukur terhadap  kebesaran Sang Hyang Aji Saraswatì atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan. Dewi Saraswatì adalah úakti Dewa Brahma yang mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam bidang ilmu pengetahuan. Dewi Saraswatì dilukiskan sangat cantik dan bertangan empat yang masing-masing memegang: genitri, kropak, wìóà, dan teratai serta didekatnya terdapat burung merak dan angsa. Semua gambar atau lukisan tersebut merupakan suatu simbol yang masing-masing mempunyai arti sebagai berikut:
(a) Wanita cantik sebagai simbol bahwa ilmu pengetahuan itu sangatlah menarik, sama menariknya dengan melihat seorang dewi yang amat cantik, lemah lembut, dan sangat mulia. Karena itu semua orang akan mencari dan mengejarnya.
(b) Ganitri (tasbih), berbentuk kalung atau lingkaran yang berisi 108 buah ganitri, sebagai simbol bahwa ilmu pengetahuan itu tidak ada akhirnya. Selama masih hidup, maka  ilmu pengetahuan itu tidak akan pernah habis untuk dipelajari.
(c) Keropak sebagai simbol tempat dan sumber ilmu pengetahuan.
(d) Wìóà sebagai simbol bahwa pengetahuan itu bersumber dari seni budaya yang agung.
(e) Teratai merupakan simbol ilmu pengetahuan itu suci .
(f) Burung merak merupakan simbol bahwa ilmu pengetahuan itu memberikan efek kewibawaan kepada orang yang telah mempelajarinya dengan baik dan benar.
(h) Angsa melambangkan bahwa dengan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki umat manusia, maka manusia dapat menjadi bijaksana, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Itulah manfaat ilmu pengetahuan bagi orang yang telah mempelajarinya dengan baik dan benar. Karena itu ilmu pengetahuan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Agama Hindu.
Dalam úloka Bhagawadgìtà terdapat uraian tentang  kemuliaan ilmu pengetahuan. Bahkan dinyatakan sekalipun seluas samudera sengsara itu akan dapat diseberangi dengan ilmu pengetahuan. Juga dinyatakan bahwa sekalipun menjadi manusia yang paling berdosa di antara orang berdosa, maka dengan perahu ilmu pengetahuan semua itu dapat diseberangi. Úloka Bhagawadgìtà IV.33, 36, 37, 38, 39, 41, dan 42  tersebut adalah : 

è[eyaNd–VymyaÛDaJDanyD" pr'tp -
sv| kmaRi%l' paqR Dane pirsmaPyte --
úreyàn dravya-mayàd yajñàj  jñàna-yajñaá paraýtapa,
sarvaý karmàkhilaý pàrtha  jñàne parisamàpyate.
Bhagawadgìtà IV.33
Artinya :
Persembahan berupa ilmu pengetahuan, wahai Arjuna, lebih mulia dari pada persembahan materi; dalam keseluruhannya semua kerja ini akan mendapatkan apa yang diinginkan dalam ilmu pengetahuan, wahai Pàrtha.

Aip cedis pape>y" sveR>y" pap²Ñam" -
sv| DanàvenWv v*ijn' s'tirZyis --
api ced asi pàpebhyaá  sarvebhyaá pàpa-kåt tamaá,
sarvaý jñàna-plavenaiva  våjinaý saýtariûyasi.
Bhagawadgìtà IV.36
Artinya :
‘Walau seandainya engkau paling berdosa diantara manusia yang memikul dosa, dengan perahu ilmu pengetahuan ini, lautan dosa akan engkau seberangi’.

yqW/a'is sim×o_ig{.RSmsat( k¦äte_juRn -
Danaig" svRkmaRi, .Smsat( kuäte tqa --
yathaidhàýsi samiddho ‘gnir  bhasma-sàt kurute ‘rjuna,
jñànàgniá sarva-karmàói  bhasma-sàt kurute tathà.
Bhagawadgìtà IV.37
Artinya :
‘Bagaikan api menyala, wahai Arjuna yang membakar kayu api menjadi abu, demikian pula api ilmu pengetahuan membakar segala karma menjadi abu’.

n ih Danen sd*x' piv]imh ivÛte -
tt( Svy' yogs'is×" kalenaTmin ivNdit --
na hi jñànena sadåúaý  pavitram iha vidyate,
tat svayaý yoga-saýsiddhaá  kàlenàtmani vindati
Bhagawadgìtà IV.38 
Artinya :
‘Tak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat menyamai kesucian ilmu pengetahuan; mereka yang sempurna dalam yoga akan memenuhi dirinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya’.
è[×ava\æ.te Dan' tTpr" s'yteiNd–y" -
Dan' lB?va pra' xaiNtmicre,ai/gC^it --
úraddhàvàýl labhate jñànaý  tat-paraá saýyatendriyaá,
jñànaý labdhvà paràý úàntim  acireóàdhigacchati.
Bhagawadgìtà IV.39
Artinya :
‘Ia yang memiliki kepercayaan, pengabdi dan menguasai pañca indranya, memperoleh ilmu pengetahuan; dengan memiliki ilmu pengetahuan ia menemui kedamaian abadi,.
yogs'NyìkmaR,' Dans'i^Þs'xym( -
AaTmvNt' n kmaRi, inb?niNt /nÇy --
yoga-saònyaûþa-karmàóaý  jñàna-saòchinna-saýúayam,
àtmavantaý na karmàói  nibadhnanti dhanañjaya.
Bhagawadgìtà IV. 41
Artinya :
Ia yang melepaskan kegiatan kerja dalam yoga, yang keragu-raguannya telah disimakan oleh ilmu pengetahuan, wahai Dhanañjaya (Arjuna) dan yang bersandar pada sang diri, sesungguhnya kegiatan kerja tidak lagi membelenggu.

tSmadDans'.Ut' òTSq' DanaisnaTmn" -
i^ÑvWn' s'xy' yogmaitðoiÑað .art --
tasmàd ajñàna-sambhùtaý  håt-stham jñànàsinàtmanaá,
chittvainaý saýúayaý yogam   àtiûþhottiûþha bhàrata.
Bhagawadgìtà IV.42
Artinya : 
‘Oleh karena itu, setelah memotong keraguan dalam hatimu karena ketidak tahuan dengan pedangnya ilmu pengetahuan, berpegang teguh pada yoga, bangkitlah, wahai Bharata’
Memperhatikan demikian istimewanya ilmu pengetahuan, maka sangat wajar jika umat Hindu sangat menghormati ilmu pengetahuan. Bahkan umat Hindu memandang ilmu pengetahuan sebagai dewa itu sendiri. Karena demikian pentingnya ilmu pengetahuan itu, maka umat Hindu merayakan turunnya ilmu pengetahuan itu dengan susunan acara persembahyangan yang juga diikuti dengan ritual lainnya. Sebagaimana urut-urutan berikut : 
1)  Pada pagi hari tepat pada hari Úaniúcara Umanis Wuku Watugunung umat Hindu seperti: para arif bijaksana, pelajar, cendekiawan, dan umat pada umumnya bersembahyang dan menghaturkan sesaji di pura atau merajan masing-masing dan juga lontar-lontar.
2)  Pada malam hari diadakan malam kesenian atau malam sastra dengan membaca buku serta lontar untuk memohon anugrah kehadapan Sang Hyang Aji Saraswatì,
3)  Keesokan harinya pada Radite Paing Wuku Sinta umat Hindu melaksanakan banyupinaruh yang merupakan simbol menerima anugrah berupa air pengetahuan (banyu pangwruh) dari Sang Hyang Aji Saraswatì”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar