Rabu, 07 November 2012

RESI GHANA



ÅÛI GAÓA (RESI GHANA) ITU BUKANLAH CARU

Upacara Resi Ghana ini disebut caru oleh umat pada umumnya. Namun kalau diteliti lebih dalam, Upacara Resi Ghana ini bukanlah caru. Mengapa upacara tersebut tidak disebut caru? Karena caru adalah upacara yang ditujukan untuk Nyomia Bhùta Kala. Dalam Pùjà Pengastawa Resi Ghana menyatakan bahwa Upacara Resi Ghana itu ditujukan kepada Dewa Ghana Patti.

Jadi, bukan untuk nyomia suatu Bhùta Kala tertentu. Dalam Lontar Pratamaning Caru menyebutkan tujuan upacara Mecaru itu untuk mengalahkan dan “menyempurnakan” yang di dalam Lontar tersebut disebutkan: Pinaka Pamurnaning Gering, desti, tuju, bebai, sahananing pakaryan wong ala purna denia.
Meskipun Upacara Resi Ghana ini tidak menyebutkan untuk nyomia Bhùta Kala namun ditujukan pada Dewa Ghana untuk melindungi umat dari gangguan Bhùta Kala. Hal inilah yang tampaknya menyebabkan Upacara Resi Ghana itu disebut caru.
Tata cara penyelenggaraan Upacara Resi Ghana ini diuraikan dalam Lontar Japa Kala dan Lontar Keputusan Resi Ghana. Sedangkan Pùjà Pengastawa untuk mengantarkan Upacara Resi Ghana itu tercantum dalam Lontar Perembon Weda Pùjà.
Dalam Pùjà Pengastawa yang menyebutkan lontar tersebut menyatakan bahwa Upacara Resi Ghana itu ditujukan untuk memuja Dewa Ghana Patti. Dewa Ghana adalah Dewa Wighna-ghna. Wighna dalam bahasa Sansekerta artinya halangan, “Tujuan memuja Dewa Ghana adalah untuk memohon pada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Ghana agar kita mendapatkan perlindungan Tuhan.
Dengan perlindungan Tuhan itu kita terhindar dari berbagai halangan dalam menjalani hidup ini. Karena itu Upacara Resi Ghana ini lebih tepat disebut sebagai Upacara Penolak Baya artinya upacara untuk menolak mara bahaya.
Dalam tata cara penulisan Lontar di Bali doa pembukaan selalu dituliskan Mantram Om Awighnam astu, yang artinya Ya Tuhan semoga kami tidak mendapatkan halangan.
Doa pembukaan penulisan lontar itu adalah doa yang ditujukan kepada Dewa Ghana agar dalam kegiatan menulis Lontar tersebut menjadi lancar tanpa halangan. Demikian juga dalam kegiatan upacara persembahyangan.
Sebelum puncak persembahyangan dimulai selalu diawali dengan memercikkan “Tìrtha Panglukatan pada sarana upakara dan umat yang akan sembahyang. Tìrtha Panglukatan itu Dewanya adalah Dewa Ghana. Jadi, fungsi Tìrtha Panglukatan tersebut sama dengan doa pembukaan dalam penulisan lontar tersebut. Upacara Resi Ghana ini biasanya dilakukan dalam setiap rumah tempat tinggal, bangunan untuk umum apa lagi bangunan suci. Tujuan upacara Resi Ghana ini agar rumah tempat tinggal atau bangunan umum lebih-lebih tempat suci seperti Merajan dan Pura Kahyangan agar benar-benar terlindungi oleh Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Ghana.
Dengan kata lain Upacara Resi Ghana ini bertujuan untuk menstanakan kesucian Dewa Ghana untuk melindungi suatu bangunan suci atau tempat tinggal agar terlindung dari mara bahaya.
Upacara Resi Ghana ini biasanya diulang kembali setiap sepuluh tahun. Hal ini untuk mengingatkan kita agar terus ingat pada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Ghana. Ini bermakna untuk selalu memelihara rasa Ketuhanan dalam diri dan dalam tempat tersebut. Rasa Ketuhanan yang dalam inilah yang akan memberi kita perlindungan dalam hidup.
Karena orang yang rasa Ketuhanannya sangat kuat akan terhindar dari perbuatan yang bertentangan dengan Dharma. Dalam Lontar Japa Kala disebutkan Upacara Resi Ghana ini disamping untuk melindungi lingkungan rumah atau tempat suci dari gangguan mara bahaya.
Upacara ini juga dilakukan apabila ada pohon besar yang tumbang sampai keakar-akarnya, ada suatu wilayah yang ukurannya tidak sesuai dengan petunjuk Lontar Aûþa Bhùmì.
Dalam Lontar Mpu Lutuk disebutkan Upacara Resi Ghana ini dilakukan untuk: Pemarisudha karang panes dan karang angker, kalau ada terjadi kematian karena salah pati, ada orang kelebon amuk dan disambar petir.
Dalam Lontar Usada Bali disebutkan itik putih yang menjadi sarana utama dalam Upacara Resi Ghana ini isi jejeroannya agar diolah menjadi sibatan dalam lima wujud. Jantung atau Pepusuh dari itik putih itu diolah menjadi urab putih diletakkan di arah Timur dalam pengider-ngider. Hatinya diolah menjadi urab barak letaknya dalam pangider-ider di selatan. Ungsilannya diolah menjadi urab kuning dalam pangider-ngider di barat. Nyalinya diolah menjadi urab selem dalam pangider-ider letaknya di utara. Sedangkan badan dari itik putih itu olahannya diletakkannya di tengah-tengah.
Dalam Lontar Keputusan Resi Ghana itik putih itu diolah menjadi tiga-puluh tiga tanding dan diletakkan dalam pangider-ider di lima penjuru sesuai dengan uripnya di Timur lima tanding, di selatan sembilan tanding, di barat tujuh tanding, di utara empat tanding, dan di tengah delapan tanding. Dengan demikian semuanya berjumlah 33 tanding. Angka tiga puluh tiga ini adalah lambang urip bhuwana.
Upacara Resi Ghana ini dilangsungkan dihadapan Sanggar Tutuwan yang ditancapkan di Timur laut areal bangunan disertai dengan dua Kober (sejenis bendera) dengan lukisan Dewa Ghana. Tangkai Kober itu menggunakan Tiying Gading atau bambu kuning. Upacara Resi Ghana ini sesungguhnya sangat sederhana. Karena ia dianggap caru maka sering didasarkan dengan Caru Pañca Sato atau ada juga yang menggunakan Caru Pañca Sanak bahkan Pañca Kelud.
Hal ini menyebabkan upacara Resi Ghana ini menjadi mahal. Menurut Ida Pedanda Made Sidemen dari Geria Taman Sanur (almarhum) Resi Ghana itu hendaknya cukup menggunakan itik putih itu saja. Meluruskan pengertian ini memang membutuhkan waktu untuk melakukan dialog dan penelitian untuk mengembalikan kewawasan yang benar tentang Upacara Resi Ghana ini. Banyak umat yang merasakan secara langsung manfaat Upacara Resi Ghana ini.
Ada umat yang dalam kehidupan rumah tangga tidak tentram, tidak kerasan tinggal di rumah sendiri, perasaan dan pikiran sering sepertinya kosong, mudah terpancing marah dan lain-lain godaan dalam kehidupan rumah tangga.
Setelah upacara Resi Ghana ini dilangsungkan dalam waktu yang tidak lama mereka merasakan ketentraman hidup. Meskipun rumahnya sangat sederhana ia amat kerasan tinggal di rumah karena merasa nyaman. Jarang diserang penyakit, percekcokan semakin menghilang.
Meskipun ekonominya pas-pasan mereka bisa hemat sehingga tidak terhimpit hutang dan lain-lain. Demikianlah banyak sekali yang merasakan manfaat Upacara Resi Ghana tersebut. Tentunya harus dilakukan dengan penuh keyakinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar