Senin, 10 Desember 2012

Kekuatan adalah Kelemahan


KEKUATAN ADALAH KELEMAHAN

Prabu Erlangga duduk termenung-menung, bingung memikirkan bahwa negaranya telah hancur digempur leak. Segala usaha telah dikerahkan, namun belum menemukan hasil. Dalam keadaan seperti itu pemikiran Sang Prabu menjadi buntu, menjadi kosong - plong.
Tiba-tiba beliau tercerahkan, mendapat pencerahan. Maka bersabdalah Sang Prabu: “Jika demikian keadaan negeri ini, hai paman semuanya, kumpulkanlah semua paranormal dan para ahli nujum yg ada di negeri ini, siapkanlah upakara (sesaji = sajen = banten) kita akan menujum keadaan ini”.
            Serentak para patih bergerak menuruti kehendak Sang Prabu. Ada yang mencari paranormal, ada yang mencari para nujum, ada yang menyiapkan upakaranya (sesaji = sajen = banten), Setelah semuanya lengkap tersedia, maka penujuman pun dimulai. Dalam penujuman itu ditemukan bahwa Walunateng Dirah adalah sumber segala mala petaka yang ada. Dan disana ditunjukkan pula bahwa yang mampu mengalahkan Walunateng Dirah adalah Mpu Peradah dari Petulisan. Setelah mengetahui keadaan dan jalan keluar yang harus ditempuh melalui penujuman, maka suka citalah hati Sang Prabu. Beliau segera mengirimkan utusan ke Petulisan untuk memohon pertolongan kepada Mpu Peradah.
            Tidak disebutkan perjalanan para utusan ke Petulisan, sekarang disebutkan Mpu Peradah sedang dihadap oleh para sisia-nya dan putrinya Diah Wedawati. Di antara para sisianya itu, Mpu Bahula adalah sisia kesayangan. Selain tampan seperti Arjuna di dalam pewayangan, juga pintar dan cekatan dalam segala hal serta sakti mandraguna. Ketika beliau sedang memberikan pengajaran kepada para sisianya itu, dengan tidak terduga para utusan datang dan menyembah: “Ratu Peranda, tuanku dimohon hadir ke istana Daha oleh Sang Prabu Erlangga”.
            Mpu Peradah bertanya: “Apakah ada sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan, sehingga aku diminta hadir di istana, tahukah kalian apa yang hendak beliau sampaikan kepadaku?”
            “Singgih Ratu Peranda, menurut tafsiran hamba barangkali beliau hendak memperbincang-kan kehancuran negara, karena hanya pendetalah yang mampu melenyapkan mara bahaya itu, yang ditimbulkan oleh ulah Walunateng Dirah. Walunateng Dirah berbuat seperti itu, karena putrinya Diah Ratna Manggali tidak ada yang mau mempersuntingnya”, jelas salah seorang utusan.
           Setelah mendengar penjelasan para utusan itu Mpu Peradah kemudian mohon diri, untuk melakukan yoga samadhi memohon petunjuk dari para Dewa.Tidak berapa lama Mpu Peradah melakukan yoga samadhinya. Dan dalam keheningan bathinnya munculah pemampakan Dewa Siwa. “Inilah Aku, Sang Akasha. Akulah Siwa. Akulah Kalachakra. Akulah penguasa keimanan (shraddha), ketentraman jiwa (santhosa), kasih sayang (sneha), kemurnian (shuddhata), kebebasan (arati). Siapa pun makhluk yang tidak bernaung di bawah kendali kekuasaanku akan menderita dan sengsara hidupnya. Hai Peradah, Aku tahu keinginanmu, apakah engkau sudah lupa bahwa semua makhluk hidup di dunia ini, dikuasai oleh rwa bhineda? Dua hal yang berbeda, antara lain, hitam - putih, atas - bawah, timur - barat, utara - selatan, siang - malam, ada gunung - ada laut, ada baik - ada buruk, dan sebagainya. Nah, kalau sekarang ada leak ugig - tentunya ada leak sari, kalau ada kekuatan tentu ada kelemahannya. Hai Peradah, pikirkanlah kembali mengapa Walunateng Dirah menggempur Kediri? Karena Sang Prabu Erlangga menolak memperistri anaknya Diah Ratna Manggali, itulah kelemahannya. Dan mengapa Walunateng Dirah menjadi begitu sakti seolah-olah tak terkalahkan? Karena dia memiliki ilmu pengeleakan, maka disitulah kelemahannya. Mengertikah kau Peradah dibalik kekuatan ada kelemahan? Pikirkanlah itu”. Setelah bersabda seperti itu penampakan Dewa Siwa pun menghilang. Mpu Peradah bersujud menghaturkan sembah. Dengan hati lega beliau kembali ke ruang pertemuan.

(Sumber : Buku Leak Sari, Paramita Surabaya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar