Rabu, 09 Januari 2013

MEKOTEK: LOKAL GENIUS BALI





Upacara adat dan Bali hampir selalu ditemukan dalam kalimat yang sama. Kali ini, Putu Sayoga menguak salah satu upacara yang paling terkenal di Pulau Dewata: Mekotek.

Umat Hindu Bali merayakan Hari Raya Kuningan yang diselenggarakan 10 hari setelah Galungan setiap dua kali setahun penanggalan kalender Bali. Hari Raya Kuningan biasanya dirayakan dengan ritual unik seperti yang dilakukan oleh warga Desa Munggu di Kecamatan Mengwi, Badung, yang terkenal dengan ritual Mekotek-nya.
Ritual Mekotek merupakan ritual yang sudah berlangsung turun temurun sejak tahun 1928. Yang unik dari ritual ini adalah dilakukan oleh para lelaki Desa Munggu dengan menggunakan tongkat dari kayu pulet yang saling dikaitkan sepanjang tiga-empat meter.


Suasana desa sudah mulai ramai, rombongan peserta ritual berkumpul di balai banjar (dusun) masing-masing sebelum menuju tempat ritual di Pura Dalem. Di kejauhan mulai terdengar suara Gamelan Gong Kebyar mengiringi iringan senjata-senjata suci yang dibawa ke Pura Dalem untuk dihias dan dibawa dalam rangka ngider bhuana (mengitari desa). Setelah menunggu beberapa lama gamelan kembali ditabuh, rombongan lelaki bersenjata tongkat mulai beranjak menuju Pura Puseh.

Tepat di depan Pura Puseh, para pendeta mulai memercikkan air suci kepada para peserta ritual, lalu Mekotek pun resmi digelar. Mereka mulai saling mengaitkan tongkat dan saling mendorong, lalu membentuk gunungan. Setelah gunungan berhasil dibuat, seorang anak naik ke puncaknya. Lalu dua orang anak lagi ikut menaiki puncak gunungan. Gunungan itu bergerak ke sana kemari mencari keseimbangan untuk menahan beban tiga anak. Namun gunungan akhirnya ambruk menjatuhkan ketiga anak tersebut.

Selesai ritual di Pura Puseh, peserta dan iring-iringan senjata suci kembali bergerak menuju Pura Desa, Di Pura Desa adegan seperti tadi diulangi lagi. Peserta kemudian beranjak menuju Pura Dalem tempat pelaksanaan ritual terakhir. Setelah menerima percikan air suci dari pendeta, para peserta duduk-duduk berkelompok di tengah jalan tepat di depan Pura Dalem untuk melepas lelah dan mengumpulkan tenaga untuk kembali melakukan ritual Mekotek.

Sesaat setelah tenaga terkumpul, mereka kembali membuat gunungan. Kali ini hanya seorang anak saja yang naik gunungan. Setelah itu, gunungan pun bergerak ke sana kemari membawa anak tersebut, hingga akhirnya ambruk menghempaskan anak itu ke tanah. Kerumunan yang mengikuti upacara tertawa melihat adegan konyol itu.


Sore menjelang dan iring-iringan senjata suci tampak mulai mendekati Pura Dalem. Ritual Mekotek pun berakhir. Para peserta membubarkan diri dengan membawa tongkat andalannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar