Kamis, 21 Juni 2012

Sasih

ÚAÚIH

Di dalam buku suci Åg Weda I.164.11 dijelaskan “bahwa putaran tahun terdiri dari duabelas jari-jari (yakni bulan/úaúih)”. Demikianlah satu tahun Úaka terdiri dari 12 (duabelas) Úaúih/bulan, dengan urutannya sebagai berikut:


1.
Úaúih Kaúa (Úràwaóa)
:
Juli - Agustus
:
30/29 hari.
2.
Úaúih Karo (Bhadrapàda)
:
Agustus - September
:
29/30 hari.
3.
Úaúih Katiga (Aúwina/Asuji)
:
September - Oktober
:
30/29 hari.
4.
Úaúih Kapat (Kàrtika)
:
Oktober - Nopember
:
29/30 hari.
5.
Úaúih Kalima (Màrgaúìrsa)
:
Nopember - Desember
:
30/29 hari.
6.
Úaúih Kanêm (Pauûya)
:
Desember - Januari
:
29/30 hari.
7.
Úaúih Kapitu (Màgha)
:
Januari - Pebruari
:
30/29 hari.
8.
Úaúih Kawolu (Phàlguna)
:
Pebruari - Maret
:
29/30 hari.
9.
Úaúih Kasanga (Caitra)
:
Maret - April
:
30/29 hari.
10.
Úaúih Kadaúa (Waiúàkha)
:
April - Mei
:
29/30 hari.
11.
Úaúih Deûþha (Jyeûþha)
:
Mei - Juni
:
30/29 hari.
12.
Úaúih Ûàdha (Àûàdha)
:
Juni - Juli
:
29/30 hari.

Walaupun Úaúih Úaka (Úrawaóa) adalah bulan yang pertama, akan tetapi Tahun Baru Úaka jatuh pada penanggal 1 Úaúih Kadaúa (Waiúàkha) yaitu pada Hari Raya Nyêpi.

Daftar bulan tersebut di atas menunjukkan bahwa Tahun Úaka berdasarkan lunar system atau perhitungan tahun candra/bulan, yaitu setahun sama dengan 354/355 hari, terdiri dari 12 bulan. Agar Tahun Baru Úaka (Hari Raya Nyêpi) tetap jatuh antara bulan Maret dan April Tahun Masehi, maka perlu ada penyesuaian dengan Tahun Masehi (solar system) dengan penyisipan bulan ke 13 (tigabelas) yang disebut dengan nampih Úaúih. Ini berarti satu Tahun Úaka terdiri dari 13 bulan, dan umurnya menjadi 383/384 hari pada saat-saat tertentu, seperti dijelaskan di dalam buku suci Weda bah­wa “matahari (solar system) membuat bulan ketigabelas dari tahun berdasar bulan (lunar system)” (Atharwa Weda XIII.3.8).

Semula Tahun Úaka menempatkan/menyisipkan bulan ke 13 yang disebut Pangrêpêting Úaúih atau Malamasa atau Nampih Úaúih hanya pada Úaúih Deûþha dan Úaúih Ûàdha.

Untuk menetapkan tahun-tahun terjadinya Malamasa atau Nampih Úaúih ialah dengan membagi bilangan Tahun Úaka dengan 19 (sembilanbelas) dan kemudian kalau:

1.
Sisa 3
terjadi Mala Ûàdha
2.
Sisa 6
terjadi Mala Deûþha
3.
Sisa 8
terjadi Mala Ûàdha
4.
Sisa 11
terjadi Mala Deûþha
5.
Sisa 14
terjadi Mala Ûàdha
6.
Sisa 16
terjadi Mala Ûàdha
7.
Sisa 19 (0)
terjadi Mala Deûþha
.
Pada Mahasabha VI Parisada Hindu Dharma Indonesia tanggal 4-9 September 1991 ditetapkan berlakunya Sistem Nampih Úaúih Berkeseimbangan dengan rumus baru yaitu bilangan Tahun Úaka dibagi 19 dan kemudian kalau:

1.
Sisa 2
terjadi Nampih Deûþha
2.
Sisa 4
terjadi Nampih Katiga.
3.
Sisa 7
terjadi Nampih Kaúa.
4.
Sisa 10
terjadi Nampih Deûþha
5.
Sisa 13
terjadi Nampih Kadaúa.
6.
Sisa 15
terjadi Nampih Karo.
7.
Sisa 18
terjadi Nampih Ûàdha.
Dalam Keputusan Sabha Paóðita Parisada Hindu Dharma Indonesia Propinsi Bali tentang sistem Nampih Úaúih tanggal 18 September 2001, dite­tapkan berlakunya kembali Sistem Nampih Úaúih Úaka Bali, dengan melakukan Penampih Úaúih pada Úaúih Jyeûþha dan Ûàdha, yang mulai diberlakukan pada penerbitan Kalender Hindu tahun Úaka 1925 atau 2003 Masehi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar