Kamis, 21 Juni 2012

Tanggal Dan Pangêlong

TANGGAL DAN PANGÊLONG

Tanggal (úuklapakûa atau tengah bulan terang) dihitung mulai terbitnya bulan (sehari setelah bulan mati/tilêm) yaitu tanggal 1 (pratipàda úukla) sampai bulan Pùróamà tanggal 15 (pañcadaúi úukla). 
Demikian pula pangêlong (kåûóapaksa atau tengah bulan gelap) dihitung mulai sehari setelah Pùróamà, yaitu pangêlong 1 (pratipàda kåûóa) sampai bulan mati (tilêm) pangêlong 15 (pañcadaúi kåûóa). Dari tanggal 1 s/d  15 diteruskan dengan pangêlong 1 s/d  15 atau satu Pùróamà ditambah satu tilêm disebut satu úaúih/bulan.

Perhitungan tanggal/pangêlong dan Pùróamà/tilêm tidak selalu sampai 15 hari, tetapi kadang-kadang hanya 14 hari saja , karena ada pangàlàntaka (perhitungan pemusnahan waktu). Lazim pula disebut pangaliban Pùróamà-tilêm atau juga disebut pangunaratrian. Dengan adanya pangàlàn taka ini berarti ada pemusnahan atau pengurangan tanggal atau pangêlong antara tanggal/pangêlong 1 s/d  15 sehingga tanggal 15 (Pùróamà) atau pangêlong 15 (tilêm) sudah terjadi dalam jangka waktu 14 hari saja, se­hingga umur satu úaúih/bulan bisa 30 hari tetapi bisa juga 29 hari.

Seharusnya sistem perhitungan pangàlàntaka disesuaikan lagi atau dikaji ulang setiap seratus tahun yaitu setelah Karya Agung Ekàdaúa Rudra di Pura Bêsakih. Karena pada Karya Agung Ekàdaúa Rudra úaúih Caitra 1900 Úaka (Maret 1979) belum diadakan pengkajian ulang tersebut, maka pada 25 Juli 1998 di Pura Agung Bêsakih ditetapkan oleh Paruman Sulinggih (Pendeta) berlakunya sistem pangàlàntaka Eka Sungsang ke Paing (menggantikan pangàlàntaka Eka Sungsang ke Pon) sampai pelaksanaan Karya Agung Baligya Marêbu Bhumi pada Tilêm Caitra tahun 2000 Úaka (tahun 2079 Masehi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar