Upacara
adat dan Bali hampir selalu ditemukan dalam kalimat yang sama. Kali ini, Putu
Sayoga menguak salah satu upacara yang paling terkenal di Pulau Dewata:
Mekotek.
Umat Hindu Bali merayakan Hari Raya Kuningan yang diselenggarakan 10 hari
setelah Galungan setiap dua kali setahun penanggalan kalender Bali. Hari Raya
Kuningan biasanya dirayakan dengan ritual unik seperti yang dilakukan oleh
warga Desa Munggu di Kecamatan Mengwi, Badung, yang terkenal dengan ritual Mekotek-nya.
Ritual
Mekotek merupakan ritual yang sudah berlangsung turun temurun sejak tahun 1928.
Yang unik dari ritual ini adalah dilakukan oleh para lelaki Desa Munggu dengan menggunakan
tongkat dari kayu pulet yang saling dikaitkan sepanjang tiga-empat meter.
Suasana
desa sudah mulai ramai, rombongan peserta ritual berkumpul di balai banjar
(dusun) masing-masing sebelum menuju tempat ritual di Pura Dalem. Di kejauhan
mulai terdengar suara Gamelan Gong Kebyar mengiringi iringan senjata-senjata suci
yang dibawa ke Pura Dalem untuk dihias dan dibawa dalam rangka ngider
bhuana (mengitari desa). Setelah menunggu beberapa lama gamelan kembali
ditabuh, rombongan lelaki bersenjata tongkat mulai beranjak menuju Pura
Puseh.
Tepat
di depan Pura Puseh, para pendeta mulai memercikkan air suci kepada para
peserta ritual, lalu Mekotek pun resmi digelar. Mereka mulai saling mengaitkan
tongkat dan saling mendorong, lalu membentuk gunungan. Setelah gunungan
berhasil dibuat, seorang anak naik ke puncaknya. Lalu dua orang anak lagi ikut
menaiki puncak gunungan. Gunungan itu bergerak ke sana kemari mencari
keseimbangan untuk menahan beban tiga anak. Namun gunungan akhirnya ambruk
menjatuhkan ketiga anak tersebut.
Selesai
ritual di Pura Puseh, peserta dan iring-iringan senjata suci kembali bergerak
menuju Pura Desa, Di Pura Desa adegan seperti tadi
diulangi lagi. Peserta kemudian beranjak menuju Pura Dalem tempat
pelaksanaan ritual terakhir. Setelah menerima percikan air suci dari pendeta,
para peserta duduk-duduk berkelompok di tengah jalan tepat di depan Pura
Dalem untuk melepas lelah dan mengumpulkan tenaga untuk kembali melakukan
ritual Mekotek.
Sesaat
setelah tenaga terkumpul, mereka kembali membuat gunungan. Kali ini hanya
seorang anak saja yang naik gunungan. Setelah itu, gunungan pun bergerak ke
sana kemari membawa anak tersebut, hingga akhirnya ambruk menghempaskan anak
itu ke tanah. Kerumunan yang mengikuti upacara tertawa melihat adegan konyol
itu.
Sore
menjelang dan iring-iringan senjata suci tampak mulai mendekati Pura
Dalem. Ritual Mekotek pun berakhir. Para peserta
membubarkan diri dengan membawa tongkat andalannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar