Minggu, 24 Juni 2012

Watak Menurut Wuku - DUKUT

Dewanya: 
  • Sanghyang Baruóa
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - KELAWU

Dewanya: 
  • Sanghyang Sadhana
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - WAYANG

Dewanya: 
  • Bhaþàri Úri
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - UGU

Dewanya: 
  • Sanghyang Singhajadma
Wataknya: 
  • Cerdik, kuat (luas) kebijaksanaannya, banyak kepandaiannya (pengetahuannya), panjang budinya (pemikirannya). 
  • Gêdhongnya maunêb magênah ring pungkur (gedongnya tertutup bertempat dibelakang) artinya sangat perhitungan dalam soal keuangan dan sangat kikir. 
  • Kayonanya wani (kayunya wani) artinya setiap orang yang melihatnya jadi tertarik pada caranya makan buah wani tersebut, dan setelah makan semua merasa geram (gregetan). 
  • Manuknya kapodang (burungnya kepodang) artinya kasar keras hati pemarah dan tidak senang berkumpul-kumpul orang banyak. 
  • Sakadi awang-awang uwung-uwung (seperti angkasa luas) artinya besar (lapang) hatinya, luas pandangannya. 
  • Halangannya karena berkelahi dan karena di gigit ular.

Watak Menurut Wuku - BALA

Dewanya: 
  • Bhaþàri Durgà
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - PERANGBAKAT

Dewanya: 
  • Sanghyang Bhìûma
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - MENAIL

Dewanya: 
  • Sanghyang Citragotra
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - UYE

Dewanya: 
  • Sanghyang Kwera
Wataknya :

Watak Menurut Wuku - MATAL

Dewanya: 
  • Sanghyang Úakri
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - MEDANGKUNGAN

Dewanya: 
  • Sanghyang Bàsuki
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - TAMBIR

Dewanya: 
  • Sanghyang Úiwa
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - MERAKIH

Dewanya: 
  • Sanghyang Surenggaóa
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - KRULUT

Dewanya: 
  • Sanghyang Wiûóu
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - PAHANG

Dewanya: 
  • Sanghyang Tantra
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - PUJUT

Dewanya: 
  • Sanghyang Guåtna
Wataknya: 
  • Pendiam, kalau marah semuanya dikeluarkan. 
  • Halus bicaranya, dan ada kebaikannya. 
  • Kayonanya rêmbuyuk (kayunya rembuyuk) artinya baik rupanya tetapi tidak berbau, dimanapun tempatnya selalu dicari-cari. 
  • Manuknya prit cowang (burungnya emprit cowang) artinya besar kehendaknya, halus pemikirannya. 
  • Mangarêpin gunung (didepannya gunung) artinya punya kedudukan, suka memerintah, tidak suka diungguli orang lain. 
  • Úakadi bahita ring samudra (seperti perahu di samudra) artinya ada hasilnya juga dalam mencari dan tidak sedikit rejekinya (keberuntungannya). 
  • Ha­langannya karena kena guna-guna (fitnah).

Watak Menurut Wuku - MÊDANGSIA

Dewanya: 
  • Sanghyang Brahmà
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - LANGKIR

Dewanya : 
  • Sanghyang Kàla
Wataknya: 
  • Besar amarahnya sampai lupa diri. 
  • Pikirannya tidak baik, bodoh, serakah, banyak tingkah. 
  • Kayonanya tingas (kayunya tingas) artinya suka panas hati, tidak bisa didekati orang, setiap yang mendekat akan hangus kepanasan, suka bohong. 
  • Mwah kakayonanya camara das rêbah sondoh (dan kayunya camara hampir roboh miring) artinya tidak bisa didekati sebagai tempat berlindung dan beristirahat, kasar dan keras ucapannya. 
  • Manuknya gêmak (burungnya gêmak) artinya bertingkah laku sebagai Ûatria gagah berani tidak takut kepada sesama orang. 
  • Kadi swaraning ukir tinêmpuh angin (seperti suara gunung diterjang angin) artinya setiap ucapan­nya menimbulkan sakit hati, dan tidak ada hasilnya, atau tidak kesampaian maksudnya. 
  • Halangannya karena kemalingan.

Watak Menurut Wuku - KUNINGAN

Dewanya: 
  • Sanghyang Indra
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - DUNGGULAN

Dewanya : 
  • Sanghyang Kàmajaya
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - SUNGSANG

Dewanya : 
  • Sanghyang Gaóa
Wataknya : 

Watak Menurut Wuku - JULUNGWANGI

Dewanya : 
  • Sanghyang Úambhu
Wataknya : 

Watak Menurut Wuku - WARIGADEAN

Dewanya : 
  • Sanghyang Mahàåûi
Wataknya : 

Watak Menurut Wuku - WARIGA

Dewanya : 
  • Sanghyang Smara
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - GUMBREG

Dewanya : 
  • Sanghyang Candra
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - WATUGUNUNG

Dewanya: 
  • Sanghyang Anantabhoga
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - TAULU

Dewanya : 
  • Sanghyang Bàyu
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - KULANTIR

Dewanya : 
  • Sanghyang Langsur
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - UKIR

Dewanya : 
  • Sanghyang Mahàyukti
Wataknya: 

Watak Menurut Wuku - LANDEP

Dewanya : 
  • Sanghyang Mahàdewa
Wataknya: 
  • Rupawan (tampan, cantik), ramah-tamah, banyak anak, terang hatinya, suka bertapa. 
  • Sukunya kiwa kumêrêm ring bañu (kaki kirinya terendam di air) artinya segala perintahnya panas terlebih dahulu menjadi sejuk kemudian. 
  • Kayonanya kandayakan (kayunya kandayakan) artinya menjadi tempat berlindung dan peristirahatan bagi orang-orang sakit dan sengsara, peristirahatan tamu yang mendapat duka dan orang-orang minggat. 
  • Manuknya atat kêmbang (burungnya atat kêmbang) artinya men­jadi peliharaan wong agung (orang besar), kalau mengabdi ia diperhatikan dan disayang atasannya (tuannya). 
  • Gêhongnya ring arêp (gedongnya di depan) artinya suka memamerkan kekayaannya, murah hati penurut tapi tidak tulus sampai ke hati. 
  • Besar keinginannya, besar keuntungannya. 
  • Skadi cahyaning sùrya (seperti cahaya matahari) artinya terang hatinya, baik ingatannya, mengetahui segala rupa dan pengetahuan, paham akan perasaan orang lain. 
  • Halangannya karena tertimpa pohon yang roboh.

Watak Menurut Wuku - SINTA

WATAK MENURUT WUKU
SINTA
Dewanya : 
  • Sanghyang Yamadipati
Wataknya: 
  • keras hati, kasar, pemarah, tidak sabar, sering mendapat seng sara, tetapi halus budinya, tidak mudah percaya, halus bicaranya. 
  • Mangamêl bandera (memegang bendera) artinya besar keuntungannya (rejekinya). 
  • Sukunya kumêrêming bañu (kakinya terendam diair) artinya segala perintahnya panas terlebih dahulu, sejuk akhirnya. 
  • Kakayonanya kandayakan (kayunya kandayakan) artinya sebagai tempat berlindung dan beristirahat bagi orang sengsara, orang yang minggat. 
  • Manuknya gagak (burungnya gagak) artinya awet muda, paham akan segala pekerjaan, dan dapat mengerti wangsit (bisikan gaib). 
  • Gêhongnya ring arêp (gedongnya di depan) arti­nya suka memamerkan kekayaannya, murah hati tetapi tidak tulus sampai ke dalam hati. 
  • Skadi ratuning wong atapa brata (sebagai ratunya orang bertapa brata) artinya wataknya prihatin, banyak keinginannya. 
  • Halangannya pada umumnya jarang sampai lanjut usia karena meninggal setengah baya.

Jumat, 22 Juni 2012

Lintang Pagelangan

Pelindungnya
  • Sanghyang Wasu, Åûi Kåtañjala, Sanghyang Úiwa. Sanghyang Widhi Wàúa.
Wataknya
  • Selalu menanggung kesedihan (susah) sejak mulai kawin (berumah tangga), kemudian hari ditinggalkan oleh anaknya. 
  • Mempunyai pikiran yang baik/bersih, tetapi patut berhati-hati. 
  • Pandai sehingga dijadikan pengayoman. Senang akan pembangunan. 
  • Laku prêtiwi: artinya mempunyai pemikiran sederhana, tidak suka banyak bicara, tetapi suka bersenda gurau bersama anak-anak dan isterinya atau suaminya. 
  • Tunggak sêmi: artinya sifatnya angkuh, suka akan pertikaian, meskipun sudah disalahkan tetapi masih tetap membantah. 
  • Tidak kurang rejekinya, walaupun diambil berkali kali tetapi tetap ada datang lagi.

Lintang Lawean

Pelindungnya
  • Sanghyang Bhàskara. Åûi Kåtañjala. Sanghyang Úiwa. Sanghyang Widhi Wàúa.
Wataknya
  • Senang membantah/menyangkal petuah, suka berjudi, senang bertingkah tidak baik. 
  • Senang berdana punia. 
  • Tidak suka kalau ada orang yang merendahkannya, menghinanya atau melecehkannya. 
  • Kalau mengerjakan sesuatu yang penting, tidak berhasil dengan baik. 
  • Senang akan pembangunan. 
  • Laku bintang, artinya halus perasaannya, tidak tahan berjaga (ti­dak tidur) di malam hari. 
  • Pandai bertutur kata. 
  • Cocok kalau berdagang. 
  • Suka memperhatikan segala hal apa saja. Lêbu katiup angin, artinya hatinya sering goncang terombang-ambing. 
  • Buruk keadaannya, kekurangan, lama hidup sengsara (menderita). 
  • Kurang sandang-pangan. 
  • Setiap keinginannya tidak mudah tercapai. 
  • Suka mengembara.

Lintang Kelapa

Pelindungnya
  • Sanghyang Soma (Candra), Åûi Kursika, Sanghyang Ìúwara, Bhagawàn Tatulak.
Wataknya
  • Bisa menjadi kaya karena berjualan tuak, kelapa. 
  • Bisa menemukan keselamatan. 
  • Mempunyai bakat bercocok tanam. 
  • Polos, sederhana dan jujur, setia, disayang orang banyak, tetapi tidak pintar sehingga sering bersedih. 
  • Mempunyai keberanian untuk bercakap-cakap mengemukakan pendapatnya dalam suatu pertemuan. 
  • Tetapi suka semaunya sendiri tidak peduli orang lain. 
  • Suka sewenang-wenang. 
  • Laku angin, artinya pendiam, tidak suka banyak bicara, berperilaku seperti paóðita, tetapi suka disanjung, sombong, dan pikirannya sering berubah. 
  • Tunggak sêmi. artinya angkuh, suka akan pertikaian, meskipun sudah disalahkan tetapi masih tetap membantah. 
  • Tidak kurang rejekinya, walau diambil tetap ada yang masuk lagi.

Babad Nitik


Babad Nitik

Naskah asli Babad Nitik tersimpan di Perpustakaan (Widyabudaya) keraton Yogyakarta. Babad ini ditulis di atas kertas berukuran folio, dengan tinda hitam, berhuruf Jawa dengan bahasa Jawa Bercampur Kawi, digubah dalam bentuk tembang macapat. Penulisnya tidak diketahui, tetapi diterangkan bahwa ditulis atas perintah Sultan Hamengku Buwono VII. Waktu penulisannya disebutkan dengan Sengkalan “Resi nembah ngesthi tunggal” (1867 Jw/1936 M).

ASTHA BRATA


ASTHA BRATA

Berasal dari kata Asto atau Hasto yang artinya delapan, kemudian Baroto yang artinya laku atau perbuatan. Jadi ASTHA BRATA atau Hasto Broto berati delapan laku atau delapan perbuatan. ASTHA BRATA terdapat dalam Sarga XXIV dari wejangan Ramayana kepada Gunawan Wibisono, juga Sri Kresna kepada Arjuna. 

Aryo Menak


Cerita Aryo Menak

        Dikisahkan pada jaman Aryo Menak hidup, pulau Madura masih sangat subur. Hutannya sangat lebat. Ladang-ladang padi menguning.

Cerita Sangkuriang


Sangkuriang

     Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi.Ia mempunyai seorang  anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu.

Cerita Lutung Kasarung


Cerita Lutung Kasarung

     Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. "Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta," kata Prabu Tapa.

Cerita Loro Jonggrang


Cerita Loro Jonggrang

    Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.

Crita Laba-laba, Kelinci dan Sang Bulan

Laba-laba, Kelinci dan Sang Bulan

Sang bulan terlihat sedih karena sudah lama ia melihat banyak kejadian di dunia dan juga melihat banyak ketakutan yang dialami oleh manusia. Untuk membuat manusia menjadi tidak takut, sang bulan berupaya mengirimkan pesan kepada manusia melalui temannya sang laba-laba yang baik hati.

Babad Manik Angkeran


Babad Manik Angkeran

Sebagai pendahuluan ceritera, tersebutlah di kawasan Jawa, ada pendeta maha sakti bernama Danghyang Bajrasatwa. Ada putranya laki-laki seorang bernama Danghyang Tanuhun atau Mpu Lampita, beliau memang pendeta Budha, memiliki kepandaian luar biasa serta bijaksana dan mahasakti seperti ayahnya Danghyang Bajrasatwa. Ida Danghyang Tanuhun berputra lima orang, dikenal dengan sebutan Panca Tirtha. Beliau Sang Panca Tirtha sangat terkenal keutamaan beliau semuanya.

Kamis, 21 Juni 2012

Cerita Malin Kundang


Cerita Malin Kundang

        Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.

Tahun Saka

TAHUN ÚAKA (BALI)


Perhitungan Tahun Úaka dimulai pada hari Soma (Senin) Wage wuku Tambir penanggal ping 1 bulan Waiúàkha tahun 1 Úaka, bertepatan dengan tanggal 22 Maret 79 Masehi, oleh Raja Kaniûka I, seorang raja India keturunan raja-raja Kuûàna dari suku Úaka, sebagai peringatan pemerintahannya atau tahun penobatannya naik tahta kerajaan, sekaligus seba­gai penghormatan pada leluhurnya (suku Úaka).

Tanggal Dan Pangêlong

TANGGAL DAN PANGÊLONG

Tanggal (úuklapakûa atau tengah bulan terang) dihitung mulai terbitnya bulan (sehari setelah bulan mati/tilêm) yaitu tanggal 1 (pratipàda úukla) sampai bulan Pùróamà tanggal 15 (pañcadaúi úukla). 

Sasih

ÚAÚIH

Di dalam buku suci Åg Weda I.164.11 dijelaskan “bahwa putaran tahun terdiri dari duabelas jari-jari (yakni bulan/úaúih)”. Demikianlah satu tahun Úaka terdiri dari 12 (duabelas) Úaúih/bulan, dengan urutannya sebagai berikut:

Keputusan Sabha Pandita PHDI 2001

KEPUTUSAN SABHA PAÓÐITA
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROPINSI BALI
TENTANG SISTEM NAMPIH ÚAÚIH
TANGGAL 18 SEPTEMBER 2001

Wewaran


WÊWÀRAN

Wêwàran ialah hari-hari yang umurnya atau jangka waktunya satu hari dalam penanggalan Tahun Úaka, yang terdiri dari hari yang jumlahnya satu yang disebut Ekawàra sampai hari yang jumlahnya sepuluh yang disebut Dasawàra. 

Wuku

WUKU

Di samping perhitungan berdasarkan Wêwàran, dalam Tahun Úaka juga dikenal perhitungan berdasarkan wuku, yang berjumlah 30 (tigapuluh) wuku. 

Ingkel

INGKÊL

Di samping Wêwàran dan Wuku, juga terdapat Ingkêl. Ingkêl ada dua jenis yaitu Ingkêl Pandakan dan Ingkêl Jêjêpan. Ingkêl Pandakan masing-masing umurnya atau jangka waktunya adalah 7 (tujuh) hari, terhitung mulai Radite (Minggu) sampai dengan Úaniúcara (Sabtu) seperti wu­ku, sedangkan Ingkêl Jêjêpan umurnya atau jangka waktunya sama dengan satu hari.

Soma Ribek


SOMA RIBÊK


Soma Pon Sinta: 
Pemujaan Hyang Úrì Amrêta di lumbung (tempat padi) dan di pulu (tempat beras).