KUNINGAN
Úaniúcara Kliwon Kuningan:Memuja Hyang Widhi, memohon kesentausaan dan kedirgahayuan (panjang umur), serta perlindungan dan tuntunan lahir-batin. Di tiap-tiap rumah juga kembali menghaturkan penghormatan kepada para dewa pitara (leluhur) di merajan masing-masing.
Hari raya Kuningan jatuh
pada setiap hari Sabtu atau tepatnya Úaniúcara Kliwon Wuku Kuningan yang datang
setiap enam bulan atau 210 hari. Pada hari raya Kuningan ini umat Hindu
menghaturkan sesajen kehadapan para dewa dan leluhur sebagai bentuk rasa
syukur.
Menurut lontar Sundarigama sebaiknya umat Hindu menghaturkan sesajen
pada pagi hari, sebelum tengah hari (pukul 12.00), karena menurut konsep
Teologi Saguóa Brahma jika persembahan atau persembahyangan dilaksanakan
lebih dari pukul 12.00 berarti pada dewa-dewi, bhaþþàra-bhaþþàri, para pitara
atau para leluhur telah kembali ke tempatnya masing-masing.
Konsep untuk
melaksanakan persembahan dan persembahyangan sebelum pukul 12.00 memiliki nilai
pendidikan tentang kedisiplinan yang cukup efektif. Karena setiap orang yang
diperintahkan oleh agamanya akan dilaksanakan dengan patuh.
Hari raya Kuningan
merupakan hari yang mendidik umat Hindu menjadi disiplin, karena itu pada hari
Kuningan setiap umat Hindu bangun lebih pagi dengan harapan tidak terlambat
untuk melaksanakan persembahyangan.
Umat Hindu takut jika persembahyangannya
tidak disaksikan oleh para dewa dan para leluhurnya karena para dewa dan
leluhur telah kembali ke sorga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar