SARASWATI
Memuja Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Hyang Saraswati yang menciptakan/menurunkan Ajaran Suci Weda yang merupakan Sanàtana Dharma (ajaran kebenaran yang kekal abadi).
Hari raya Saraswatì jatuh
pada setiap hari Úaniúcara Umanis Wuku Watugunung. Hari raya Saraswatì ini
merupakan hari piodalan Sang Hyang Aji Saraswatì atau turunnya Weda ke
dunia. Dewi Saraswatì merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewi
ilmu pengetahuan suci atau Weda. Di Bali Dewi Saraswatì ini juga disebut
sebagai Dewi Pangewruh atau Dewi Pengetahuan (bhs. Bali: weruh
atau wruh = tahu, sehingga pangwruh = pengetahuan, Dewi
Pangwruh = Dewi Pengetahuan). Dengan adanya ilmu pengetahuan umat manusia dapat
menjadi bijaksana sehingga memperoleh apa yang kita inginkan dengan cara arif
dan bijaksana.
Karena
itu dalam Agama Hindu sejak zaman dahulu kala telah mengajarkan agar para arif
bijaksana seperti pelajar dan cendekiawan memuja dan selalu bersyukur
terhadap kebesaran Sang Hyang Aji
Saraswatì atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan. Dewi Saraswatì
adalah úakti Dewa Brahma yang mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam
bidang ilmu pengetahuan. Dewi Saraswatì dilukiskan sangat cantik dan bertangan
empat yang masing-masing memegang: genitri, kropak, wìóà, dan
teratai serta didekatnya terdapat burung merak dan angsa. Semua gambar atau
lukisan tersebut merupakan suatu simbol yang masing-masing mempunyai arti
sebagai berikut:
(a) Wanita cantik sebagai simbol bahwa ilmu
pengetahuan itu sangatlah menarik, sama menariknya dengan melihat seorang dewi
yang amat cantik, lemah lembut, dan sangat mulia. Karena itu semua orang akan
mencari dan mengejarnya.
(b) Ganitri (tasbih), berbentuk kalung
atau lingkaran yang berisi 108 buah ganitri, sebagai simbol bahwa ilmu
pengetahuan itu tidak ada akhirnya. Selama masih hidup, maka ilmu pengetahuan itu tidak akan pernah habis
untuk dipelajari.
(c) Keropak sebagai simbol tempat dan sumber
ilmu pengetahuan.
(d) Wìóà sebagai simbol bahwa
pengetahuan itu bersumber dari seni budaya yang agung.
(e) Teratai merupakan simbol ilmu pengetahuan
itu suci .
(f) Burung merak merupakan simbol bahwa ilmu
pengetahuan itu memberikan efek kewibawaan kepada orang yang telah
mempelajarinya dengan baik dan benar.
(h) Angsa melambangkan bahwa dengan ilmu
pengetahuan yang telah dimiliki umat manusia, maka manusia dapat menjadi
bijaksana, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Itulah manfaat
ilmu pengetahuan bagi orang yang telah mempelajarinya dengan baik dan benar.
Karena itu ilmu pengetahuan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Agama
Hindu.
Dalam úloka
Bhagawadgìtà terdapat uraian tentang
kemuliaan ilmu pengetahuan. Bahkan dinyatakan sekalipun seluas samudera
sengsara itu akan dapat diseberangi dengan ilmu pengetahuan. Juga dinyatakan
bahwa sekalipun menjadi manusia yang paling berdosa di antara orang berdosa,
maka dengan perahu ilmu pengetahuan semua itu dapat diseberangi. Úloka
Bhagawadgìtà IV.33, 36, 37, 38, 39, 41, dan 42
tersebut adalah :
è[eyaNd–VymyaÛDaJDanyD" pr'tp -
sv| kmaRi%l' paqR Dane pirsmaPyte --
úreyàn dravya-mayàd
yajñàj jñàna-yajñaá paraýtapa,
sarvaý karmàkhilaý
pàrtha jñàne parisamàpyate.
Bhagawadgìtà IV.33
Artinya :
Persembahan berupa ilmu
pengetahuan, wahai Arjuna, lebih mulia dari pada persembahan materi; dalam
keseluruhannya semua kerja ini akan mendapatkan apa yang diinginkan dalam ilmu
pengetahuan, wahai Pàrtha.
Aip cedis pape>y" sveR>y" pap²Ñam" -
sv| DanàvenWv v*ijn' s'tirZyis --
api ced asi
pàpebhyaá sarvebhyaá pàpa-kåt tamaá,
sarvaý
jñàna-plavenaiva våjinaý saýtariûyasi.
Bhagawadgìtà IV.36
Artinya :
‘Walau seandainya engkau
paling berdosa diantara manusia yang memikul dosa, dengan perahu ilmu
pengetahuan ini, lautan dosa akan engkau seberangi’.
yqW/a'is sim×o_ig{.RSmsat( k¦äte_juRn -
Danaig" svRkmaRi, .Smsat( kuäte tqa --
yathaidhàýsi samiddho
‘gnir bhasma-sàt kurute ‘rjuna,
jñànàgniá
sarva-karmàói bhasma-sàt kurute tathà.
Bhagawadgìtà IV.37
Artinya :
‘Bagaikan
api menyala, wahai Arjuna yang membakar kayu api menjadi abu, demikian pula api
ilmu pengetahuan membakar segala karma menjadi abu’.
n ih Danen sd*x' piv]imh ivÛte -
tt( Svy' yogs'is×" kalenaTmin ivNdit --
na hi jñànena
sadåúaý pavitram iha vidyate,
tat svayaý
yoga-saýsiddhaá kàlenàtmani vindati
Bhagawadgìtà IV.38
Artinya :
‘Tak ada sesuatupun di
dunia ini yang dapat menyamai kesucian ilmu pengetahuan; mereka yang sempurna
dalam yoga akan memenuhi dirinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya’.
è[×ava\æ.te Dan' tTpr" s'yteiNd–y" -
Dan' lB?va pra' xaiNtmicre,ai/gC^it --
úraddhàvàýl labhate
jñànaý tat-paraá saýyatendriyaá,
jñànaý labdhvà paràý
úàntim acireóàdhigacchati.
Bhagawadgìtà IV.39
Artinya :
‘Ia yang memiliki
kepercayaan, pengabdi dan menguasai pañca indranya, memperoleh ilmu
pengetahuan; dengan memiliki ilmu pengetahuan ia menemui kedamaian abadi,.
yogs'NyìkmaR,' Dans'i^Þs'xym( -
AaTmvNt' n kmaRi, inb?niNt /nÇy --
yoga-saònyaûþa-karmàóaý jñàna-saòchinna-saýúayam,
àtmavantaý na
karmàói nibadhnanti dhanañjaya.
Bhagawadgìtà IV. 41
Artinya :
Ia yang melepaskan
kegiatan kerja dalam yoga, yang keragu-raguannya telah disimakan oleh ilmu
pengetahuan, wahai Dhanañjaya (Arjuna) dan yang bersandar pada sang diri,
sesungguhnya kegiatan kerja tidak lagi membelenggu.
tSmadDans'.Ut' òTSq' DanaisnaTmn" -
i^ÑvWn' s'xy' yogmaitðoiÑað .art --
tasmàd
ajñàna-sambhùtaý håt-stham
jñànàsinàtmanaá,
chittvainaý saýúayaý
yogam àtiûþhottiûþha bhàrata.
Bhagawadgìtà IV.42
Artinya :
‘Oleh karena itu, setelah
memotong keraguan dalam hatimu karena ketidak tahuan dengan pedangnya ilmu
pengetahuan, berpegang teguh pada yoga, bangkitlah, wahai Bharata’
Memperhatikan demikian
istimewanya ilmu pengetahuan, maka sangat wajar jika umat Hindu sangat
menghormati ilmu pengetahuan. Bahkan umat Hindu memandang ilmu pengetahuan
sebagai dewa itu sendiri. Karena demikian pentingnya ilmu pengetahuan itu, maka
umat Hindu merayakan turunnya ilmu pengetahuan itu dengan susunan acara persembahyangan
yang juga diikuti dengan ritual lainnya. Sebagaimana urut-urutan berikut :
1) Pada pagi hari tepat pada
hari Úaniúcara Umanis Wuku Watugunung umat Hindu seperti: para arif bijaksana,
pelajar, cendekiawan, dan umat pada umumnya bersembahyang dan menghaturkan
sesaji di pura atau merajan masing-masing dan juga lontar-lontar.
2) Pada malam hari diadakan malam kesenian atau malam sastra dengan
membaca buku serta lontar untuk memohon anugrah kehadapan Sang Hyang Aji
Saraswatì,
3) Keesokan harinya pada Radite Paing Wuku Sinta umat Hindu
melaksanakan banyupinaruh yang merupakan simbol menerima anugrah berupa
air pengetahuan (banyu pangwruh) dari Sang Hyang Aji Saraswatì”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar