Banyak cerita yang diangkat dari Mahabharata, Pancatantra, Purana, bahkan dari Hita Upadesa; yang memang menarik dan memberikan kita semangat yang positif dalam berbuat yang SUSILA dalam kehidupan ini. Termasuk dalam cerita di bawah ini.
Di suatu masa, ada seorang Resi yang sedang berkelana, lalu
sampailah ke suatu tempat suci bernama Dhruvatirtha.
Dalam perjalanan tersebut, sang Resi melihat banyak kejadian, ada yang sedang
bersenda gurau, ada yang main petak umpet dan ada yang sedang berlari-larian, dan
semuanya kelihatan sedang bahagia. Bahkan ada yang sedang mengirimkan berkah
kepada keluarganya di marcapada. Tapi yang menarik perhatiannya adalah
seseorang yang bernama Agasti. Dia kelihatan begitu kurus, tidak terawat, serta
berpenyakitan.
Ternyata, Agasti itu sebenarnya telah meninggal, dan dia ada di alam
Dhruwa. Tak seorang pun dari keluarganya yang memperhatikan. Maksudnya,
keluarga yang masih di dunia maya atau di marcapada. Mereka sampai di
Dhruvatirtha berkendaraan vimana. Yang lainnya
seperti Agasti kelihatan sangat sulit dan sampai dengan bersusah payah. Mereka
mengutuk keturunan mereka di marcapada, karena siksaan yang mereka terima di
neraka. Mereka menderita hanya karena keturunannya
melupakan mereka.
Agasti mengatakan kepada sang Resi bahwa upacara pemakaman /
pengabenan yang dilakukan dengan benar dan dengan bhakti yang tulus akan
membawa punia kepada mereka yang melakukannya. Hal itu juga akan membantu
leluhur / pitara untuk siapa upacara sraddha itu dilakukan. Tanpa adanya
upacara penguburan / pengabenan, para pitara akan menderita. Mereka juga akan
menderita kalau upacara sraddha dilakukan dengan salah atau tanpa bhakti yang tulus.
Di dalam hal seperti itu, hantu dan ular sajalah yang berhak atas persembahan
yang dilakukan dan para pitara tidak memperoleh apa-apa. Para pitara yang
kelihatan kurus dan berpenyakitan ini tidaklah dihormati dengan upacara
pemakaman yang layak. Pitara yang demikian akan tetap menanti suatu saat akan
terlahir di antara keturunannya, yang akan memberinya suatu upacara sraddha
yang baik.
Agasti juga mengaku bahwa dia adalah leluhurnya Prabhavati.
Sang Resi menceriterakan kembali apa yang dia dengar kepada Prabu Chandrasena dan permaisurinya. Prabhavati dan
putrinya, Virupakanidhi dikirim paksa ke
Dhruvatirtha dan disuruh melakukan upacara sraddha. Setelah dilakukan upacara
sraddha, penampilan Agasti dengan seketika berubah. Sebuah vimana (kereta
terbang) datang menjemput dan membawa Agasti ke swarga loka (sorga).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar