YASA KIRTI DALAM RANGKA KARYA MAMUNGKAH DAN NGENTEG
LINGGIH
Dalam rangka menegakkan kesucian dan
kehid-matan pelaksanaan suatu yajña, termasuk dalam Karya Mamungkah dan Ngenteg
Linggih di Pura …....…… …...….. patut didukung dengan Yasa Kirti yang baik,
berupa keikhlasan hati dan pengendalian diri sebagai landasan sikap mental
dalam beryajña maupun dalam bentuk upacara dan upakara. Oleh karena itu melalui
Buku Tuntunan Yasa Kirti ini diharapkan dukungan seluruh umat Hindu/penyungsung
untuk bersama-sama ikut menjaga kesucian dan kelancaran pelaksanaan Karya
Mamungkah dan Ngenteg Linggih.
a. Yasa Kirti dalam Bentuk
Pengendalian Diri
Setiap Yajña adalah merupakan
persembahan suci yang patut didukung dengan pikiran yang suci, keikhlasan dan
sikap mental yang baik, yang tercermin dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
(Tri Kaya Parisuddha).
Dalam hubungan ini Lontar Dewa
Tattwa memberi-kan tuntunan dalam pelaksanaan suatu yajña, yang menekankan
perlunya suatu pengendalian diri.
Diuraikan sebagai berikut :
“Kramanya sang kumingkin akarya bayu,
sanistha madhyottama, manah lega dadi hayu, aywa ngalem drewya mwang kamugutan
kaliliraning wwang atuwa, aywa angambek rodra mwang ujar gangsul, ujar menak
juga kawedar denira. Mangkana krama-ning Sang ngarepang karya hayu, aywa
simpanging budhi mwang rodra”.
Artinya :
Tata cara bagi mereka yang
bersiap-siap akan melak-sanakan yajña dalam bentuk Nistha, Madhya atau Uttama.
Hendaknya dilandasi dengan pikiran yang suci dan keikhlasan yang tulus,
janganlah terlalu menyayangi artha yang dimiliki. Didalam kita melak-sanakan
suatu yajña hendaknya kita menjaga perilaku kita, janganlah berbicara kasar,
jangan suka marah. Hendaknya kata-kata yang baik dan menyenangkan hati yang
patut diucapkan, hendaknya kesucian yajña yang diutamakan. Janganlah ada
persengketaan karena yajña tidak patut dinodai dan dipengaruhi oleh
pikiran-pikiran yang kotor, perilaku marah-marah, atau kata-kata yang mencaci
maki. Pikiran yang astiti Bhakti yang dilandasi dengan kesucian hati itulah
hendaknya selalu dijaga, sebagai dasar untuk menca-pai keberhasilan suatu
yajña, sebagai sarana untuk mencapai kerahajengan bersama.
Sesuai dengan petuah-petuah tersebut
diatas, kepada seluruh umat/penyungsung pura, diharapkan ikut bersama-sama
untuk menjaga kesucian dan kelan-caran Karya Mamungkah dan Ngenteg Linggih yang
kita laksanakan, dengan jalan :
1. Seluruh
umat/penyungsung pura diharapkan selalu menjaga kesucian karya dengan selalu
dapat menciptakan suasana yang tenang dan menjauhi hal-hal menyimpang dari
kesusilaan yajña yang kita laksanakan.
2. Kepada
seluruh umat/penyungsung pura yang ngayah berkenaan dengan persiapan karya, hen-daknya
dapat mengendalikan diri, sabar, dan selalu dapat menumbuhkan sifat-sifat
kebersamaan yang didasari dengan musyawarah dan mufakat demi kelancaran karya.
b. Yasa
Kirti dalam Bentuk Upacara
Bagi umat Hindu dimanapun berada
dihrapakan untuk ikut ngertiyang kesucian dan kelancaran karya. Dengan
melaksanakan Yasa Kirti di tiap-tiap mrajan alit dan di mrajan ageng
suang-suang penyungsung, dengan menghaturkan Banten Pejati, memohon kerahayuan
karya yang kita laksanakan. Yasa Kirti dengan jalan ngaturang pejati di
tiap-tiap keluarga seperti tersebut diatas, dilaksanakan pada hari-hari
tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama, dan tidak terlepas dari rangkaian
karya.
1. Ngaturan
pejati di soang-soang kemulan dan mrajan gede, dilaksanakan pada saat upacara
ngawit Yasa Kirti ring pura.
2. Ngaturan
pejati disoang-soang kemulan dan mrajan gede pada saat upacara negtegan karya
dan pada hari pelastian Ida Bhatara.
3. Ngaturan
pejati disoang-soang kemulan dan mra-jan gede pada saat puncak upacara
memungkah ngenteg linggih.
4. Kepada
seluruh umat/penyungsung pura nunas tirtha tawur dan nasin tawur, untuk
dipercikkan/kasiratan dimasing-masing pekarangan merajan dan pekarangan rumah.
5. Kepada
seluruh umat/penyungsung pura, pada saat puncak karya, agar menyediakan tempat
tirtha sekurang-kurangnya 4 buah, untuk nunas tirtha padudusan, tirtha Ida
Bhatara, dan lain sebagainya. Nantinya agar disiratkan/dipercikkan pada
masing-masing merajan alit atau merajan gede dimasing-masing rumah.
6. Sejak
dimulainya upacara Mabumi Suddha dan Bebratan Yasa Kirti, sampai berakhirnya
rang-kaian upacara (jantos penyineban Ida Bhatara), warga panyungsung Pura
………………., tidak diperbolehkan mengadakan upacara atiwa-tiwa/pengabenan maupun
ngeseng sawa/makinsan digeni. Kalau ada salah satu warga yang mening-gal agar
dikubur sebagai mana mestinya, bagi yang tidak boleh dikubur/mependem, dapat
dilakukan paleletan. Dan selama rangkaian upa-cara di Pura ………………, tidak
diperbolehkan nuhur tirtha Ida Bhatara, kecuali hanya untuk upacara Dewa Yajña.
7. Bagi
para penyungsung Pura ……………… yang masih memiliki sawa yang masih dikubur, agar
menghaturkan banten pejati di Pura Prajapati setempat memohon agar Ida Bhatara
berkenan menganugrahi kerahajengan. Di tiap-tiap sawa yang dikubur, agar
menghaturkan pangkonan putih kuning, tipat pesor dan nasi angkeb, memo-hon agar
Sang Pitara tidak mengganggu jalannya upacara yang akan dilaksanakan.
Upacaranya agar dilaksanakan pada saat sebelum dilaksanakannya upacara Negtegan
ring Pura ……………………
Ida
Panditha Mpu Jaya Wijayanandha
Griya
Kutuh
Jln. Ciung
Wanara No. 8 Kuta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar