MITOS
TENTANG LEAK
Menurut
Jiwa Atmaja, sebagian aktivitas ritual dan kultural di Bali, bersumber dari
mitologi tentang Leak (ilmu hitam). Mitologi-mitologi tersebut antara
lain; Ratu Gede Macaling, Tanting Mas dan Tanting Rat, Puyung
Sugih, Durgadening,
Basur, Kala Sunda Upasunda,
Kala Eket, Ki Balian Batur, Dukuh Suladri, Prabu
Udayana, Kuntisraya, Dadeplung dan Ahmad Muhamad.
Teks-teks naratif itu tidak terdistribusikan ke tengah-tengah masyarakat,
sehingga dalam melaksanakan kedua aktivitas itu, orang cenderung melakukannya
tanpa mengetahui makna totalitas teks-teks itu. Akibat lebih jauh adalah
timbulnya perasaan terancam “marabahaya” jika tidak melaksanakan apa yang
diamanatkan oleh mitologi gelap itu. (Leak Dalam Foklore Bali. 2005)
Lebih lanjut dikatakan bahwa dari
semua mitologi itu, teks Tanting Mas dan Tanting Rat, yang
rupanya merupakan hasil upaya membumi-balikan teks Calon Arang,
menyajikan mitos-mitos pengeleakan yang agak lengkap dibandingkan
teks-teks lainnya. Dalam teks Tanting Mas dan Tanting Rat, tidak
saja dikisahkan adanya situasi akibat dari peperangan antara kekuatan ilmu
hitam (pengiwa) dan ilmu putih (penengen), juga disebutkan adanya
tingkatan-tingkatan dalam pengajaran ilmu hitam, pemujaan terhadap Batari
Durga, dan adegan yang demikian hidup dan mencekam mengenai praktik-praktik
ilmu hitam, yang dalam masyarakat Bali disebut pengeleakan.
Dalam mengisahkan adanya
tingkatan-tingkatan pengeleakan itu, penulis teks Tanting Mas dan
Tanting Rat masih sempat menyisipkan pandangannya mengenai kasta di
Bali.
Disebutkan bahwa, Batari Durga
sempat menambah ilmu pengeleakan Ni Madusegara menjadi tingkat 11 dengan
tujuan agar, untuk sementara Tanting Mas dapat dikalahkan. Tanting Mas harus
diberi pelajaran karena melakukan kesalahan, yakni tidak menyebarkan ilmu pengeleakan
secara rahasia, ketika Ni Madusegara memohon pelajaran kepadanya. Setelah
Tanting Mas dapat dikalahkan oleh Ni Madusegara dalam suatu perang tanding,
maka tingkat ilmu pengeleakan Ni Madusegara, dipotong empat tingkat oleh Batari
Durga dengan alasan Madusegara berasal dari kasta sudra. Selanjutnya,
Madusegara hanya menguasai ilmu pengeleakan tingkat 7 dengan status
Rarung atau sisia (anak buah). Dengan demikian, teks Tanting Mas,
menginformasikan kepada kita di dalam dunia pengeleakan pun dikenal sistem
kasta. (Leak Dalam Foklore Bali. 2005)
Disebutkan Tanting Mas telah
memiliki ilmu pengeleakan sampai ke tingkat 9 dan telah mampu
melaksanakan aji penerangjana. Menurut I Wayan Kardji, leak
penerangjana adalah ilmu pengeleakan yang mampu membunuh mangsanya - baik
pada malam hari maupun siang hari - hanya dengan memandangi (pandreng)
calon korbannya. (Ilmu Hitam dari Bali. CV Bali Media, 2000, hlm. 86)
Dengan cara demikian, seorang yang
menguasai aji penerangjana, dapat membuat calon korbannya meninggal
mendadak tanpa diketahui tanda-tandanya oleh orang awam, kecuali (diketahui
oleh) orang yang telah mencapai atau mempelajari penengen kelas tinggi.
Dalam teks ini, Mpu Peradah disebutkan sebagai tokoh yang mampu mengetahui
tanda-tanda orang yang terkena aji penerangjana.
Dalam teks Tanting Mas ...
disebutkan telah tiga kali ia menggunakan aji penerangjana untuk
mencelakai orang. Pertama, ketika Tanting Mas mencelakai Prabu Dirah, yang
tidak lain adalah suaminya sendiri. Hanya karena masalah kecil dia tega
membunuh suaminya dengan aji penerangjana. Kalau menurut ilmu
kedokteran, mungkin matinya Prabu Dirah dianggap karena serangan jantung. Dan
setelah itu, Tanting Mas dikenal dengan nama Walunateng Dirah, karena sudah
menjadi janda (walu = balu). Kedua, ia gunakan untuk mencelakai Patih
Maling Nglayang, yang hanya dengan memandangi bayang-bayangnya saja mengakibat-kan
patih itu mati terbakar. Ketiga, ketika ia gunakan untuk mencelakai Patih
Taskara Maguna, Maling Maguna, demikian namanya yang lain. Namun kali ini
Tanting Mas gagal. Karena begitu Patih Taskara Maguna merasa kewalahan, atau
merasa dirinya kalah sakti dengan Tanting Mas, dia pun cepat-cepat ambil
langkah seribu. Dalam istilah Jawa dikenal dengan sebutan “tinggal
gelanggang colong playu”. Lariiiiiiiiiiiiii ....... Dan ngumpet,
bersembunyi di balik pepohonan, sehingga tidak terkena serangan senjata laser
yang keluar dari kedua mata Tanting Mas berupa aji penerangjana. Jika tidak,
Patih Maling Maguna pasti K.O, pasti mati, diterjang aji penerangjana
yang digunakan Tanting Mas, yang tidak lain adalah Calon Arang versi Bali.
Begitu kata Jiwa Atmaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar