Konsep Mokûa
Mokûa
berarti tiada keterikatan àtmà dan bersatu dengan Brahman (Tuhan
Yang Maha Esa).
Di dalam Veda
dinyatakan bahwa orang yang telah mencapai mokûa, jauh dari kegelapan,
memperoleh kebahagiaan tertinggi, keabadian dan bebas dari ikatan kelahiran
yang berulang-ulang, seperti dinyatakan dalam Yajurveda XXXI.18. Di
dalam kitab-kitab Upaniûad (Vedànta) disebutkan bahwa mokûa
(kalëpasan) berarti pencapaian kebebasan dari ikatan duniawi, bebas dari
karmaphala (hasil perbuatan) dan punarbhava (kelahiran kembali). Mokûa
berarti bersatunya àtman dengan Brahman (Dasgupta, 1951:74).
Dalam Brahmàóda Puràóa (3.4.3.58-60) disebutkan tiga tingkatan mokûa
oleh orang yang melihat kebenaran,
- Pertama, adalah kelëpasan dari keterikatan ajñàna (kebodohan).
- Kedua, adalah keselamatan lepas dari ràgasaýkûaya (hancurnya keterikatan yang sangat mendalam/kemelekatan).
- Ketiga, adalah tåûóàkûaya (menghancurkan kehausan, seperti sangat terikat dengan keduniawian/kemelekatan indrawi).
Lebih
jauh tentang mokûa ini dapat dijumpai dalam Matsya Puràóa
(180.52; 183.36-37; 185.15; 193.40 dan Vàyu Puràóa (104.94).
Di
samping itu, dilihat dari kondisi àtmà saat bersatu dengan Brahman dapat
dibedakan menjadi empat jenis mokûa sebagai berikut:
- sàmìpya atau kemiripan dengan sifat Tuhan,
- sàrùpya atau sàdharmya, kesamaan sifat Tuhan dan mencerminkan keagungan-Nya,
- sàlokya atau keberadaan berdampingan yang sadar dengan Tuhan dalam dunia yang sama, dan
- sàyujya atau bersama dengan Tuhan mendekati kemanunggalan (Radhakrishnan, 1990:124).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar